Kapal berukuran besar seperti kapal kargo yang memiliki berat ratusan ribu ton, tetap dapat stabil meski terkena gelombang ombak yang besar. Ketika kapal sedang berlayar di lautan, maka kapal tersebut akan terkena berbagai gaya dan tekanan dari gelombang air laut dan angin. Agar dapat bertahan, maka semua kapal yang dibuat memiliki sistem stabilitas kapal yakni keseimbangan kapal pada saat diapungkan. Sehingga pada saat kapal diolengkan oleh ombak atau angin maka kapal dapat tegak kembali.
Stabilitas memang erat kaitannya dengan keseimbangan kapal. Akan tetapi, stabilitas tidak menjadi satu-satunya hal yang berpengaruh pada keseimbangan tersebut. Ada dua faktor yang mempengaruhi keseimbangan sebuah kapal, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari kapal itu sendiri, seperti ukuran kapal, tata letak, kebocoran akibat tubrukan atau kandas, dan lain sebagainya. Untuk itu, awak kapal harus memperhatikan letak dan bobot barang sebelum berlayar. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar yang mempengaruhi keseimbangan kapal, seperti kondisi alam, ombak, badai, dan sejenisnya.
Baca Juga : Jangkar Kapal Dan Apa Saja Jenisnya
Untuk menjaga dan meningkatkan stabilitas saat berlayar diperlukan beberapa perangkat, di antaranya adalah tangki penyeimbang, sirip lambung, dan sirip stabilizer. Cara kerja perangkat ini berperan dalam menyeimbangkan kapal adalah sebagai berikut : Perangkat tangki penyeimbang menstabilkan kapal dengan cara mengalirkan air ballast. Apabila kapal miring ke arah kanan, maka air akan dialirkan ke arah kiri, begitu pula sebaliknya. Sedangkan sirip lambung atau yang dikenal juga dengan sirip lunas atau Bilge keel merupakan perangkat yang dapat meningkatan friksi melintang sebuah kapal. Perangkat ini memanjang dengan panjangnya sekitar dua per tiga dari panjang kapal. Serta efek stabilitas dari perangkat ini akan semakin meningkat ketika kapal melaju dengan cepat. Dengan begitu, kapal akan sulit terbalik. Lambung sirip ini biasanya berbentuk V. Sementara itu, sirip stabilizer adalah sirip yang berfungsi untuk menyesuaikan posisi kapal saat terjadi oleng, sehingga kapal tidak karam.
Untuk mengetahui stabilitas sebuah kapal, Kita perlu melakukan perhitungan terlebih dahulu. Perhitungan stabilitas ini erat kaitannya dengan muatan, bentuk kapal, draft dan ukuran nilai. Sebelum itu, ada beberapa simbol dan istilah yang harus Anda ketahui lebih dulu. G merupakan simbol untuk titik gravitasi sebuah kapal. B adalah Buoyancy, yaitu titik apung kapal. Sementara itu, M adalah Metasentrum, yaitu metacenter kapal. Ketiga hal tersebut memiliki hubungan dengan muatan, bentuk, draft dan ukuran nilai. Bagaimanapun, style kapal, metasentrum tetap dapat menyesuaikan posisinya. Titik M ini ditentukan oleh bentuk kapal, seperti lebar, panjang, dan tingginya. Sedangkan buoyancy atau pusat gravitasi memiliki posisi yang bervariasi, tergantung muatan dan digerakkan oleh draft. Untuk menghitung stabilitas, ada beberapa ukuran pokok yang perlu Anda ketahui seperti breadth (lebar), length (panjang), draft (sarat) dan depth (tinggi). Pengukuran tersebut dalam istilah perkapalan dikenal dengan Length Between Perpendicular atau LBP, Length Over All atau LOA dan Length Water Line atau LWL.
Gambar : Illustrasi Pentingnya Stabilitas Kapal Disaat Cuaca Buruk (sumber : www.pexels.com)
Sebelum melakukan penghitungan stabilitas kapal, beberapa hal lain yang perlu diketahui diantaranya sebagai berikut.
Adapun rumus perhitungan stabilitas sebuah kapal sendiri adalah sebagaimana berikut.
Displ = LD (Light Displacement) + OL (Operating Load) + Muatan
DWT = OL (Operating Load) + Muatan
Ada beberapa jenis stabilitas kapal yang perlu diketahui. Dari sifatnya, stabilitas pada kapal dibagi menjadi dua, yakni stabilitas dinamis dan stabilitas statis. Stabilitas statis merupakan stabilitas saat kapal diam atau tidak berlayar, stabilitas membujur dan stabilitas melintang termasuk dalam stabilitas statis. Sesuai namanya, stabilitas melintang adalah kemampuan kapal kembali pada posisi stabil ketika menyenget ke arah melintang. Sedangkan stabilitas membujur adalah kemampuan kapal kembali pada posisi tegak setelah menyenget (miring;condong) ke arah membujur. Selanjutnya, untuk stabilitas dinamis merupakan kemampuan keseimbangan kapal saat terjadi senget besar. Oleng kapal ini berawal dari oleng kecil hingga berubah menjadi besar. Hal ini biasa terjadi akibat badai atau gaya negative dari GM.
Menurut keadaannya, stabilitas dibagi menjadi tiga, yakni stabilitas netral atau neutral equilibrium, stabilitas positif atau stable equilibrium dan stabilitas negatif atau unstable equilibrium. Stabilitas netral adalah keadaan titik G dan M yang saling berhimpitan. Keadaan ini membuat kapal miring dan tidak memiliki kemampuan untuk kembali stabil atau seimbang. Penyebab dari stabilitas netral ini adalah banyaknya muatan di atas kapal yang membuat titik G terlalu tinggi dan berhimpit dengan titik M. Selanjutnya, stabilitas positif merupakan keadaan kapal dapat kembali stabil saat mengalami senget dan oleng. Pada kondisi ini, titik M tidak lebih tinggi dibanding titik G. Kondisi terakhir yaitu stabilitas negatif yang merupakan kondisi di mana stabilitas yang dimiliki kapal adalah negatif, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk menegak kembali saat terjadi senget. Stabilitas yang negatif dapat menimbulkan terjadinya heeling moment atau momen penerus yang membuat kapal semakin miring hingga terbalik.
Baca Juga : Mengenal Jenis Jenis Kapal
Titik Penting Dalam Stabilitas kapal
Stabilitas sebuah kapal memiliki titik-titik penting yang perlu diperhatikan. Titik ini bahkan menjadi acuan untuk menentukan keadaan stabil pada kapal tersebut. Titik penting dalam stabilitas ini adalah Center of Gravity atau titik berat, titik metasentris dan center of buoyancy atau titik apung.
Center of Gravity (titik berat) atau yang biasa disimbolkan dengan titik G adalah letak semua gaya atau beban dari kapal. Semakin banyak bobot yang ada pada kapal, maka titik G akan semakin besar. Selain beban kapal, pembagian beban juga turut mempengaruhi titik G.
Titik selanjutnya adalah metasentris atau titik M disebut juga dengan titik semu. Titik M menjadi batas bagi titik G untuk tidak melewatinya agar stabilitasnya tetap positif. Karena jika titik G melewati titik M, maka dapat menimbulkan kemiringan hingga tenggelam.
Kemudian ada titik apung atau Center of Buoyancy yang dikenal juga dengan titik B. Titik ini merupakan titik yang mampu membuat kapal kembali tegak setelah mengalami oleng atau senget. Titik B tidak tetap dan dapat berpindah-pindah.
Editor: - Nurul Khairi, Ruang Maritim Indonesia, 2022.