Untuk melacak kehidupan kerajaan maritim perlu kiranya kita melihat kondisi sosio historis tanah palembang. Di tanah ini, pada jaman dulu merupakan Ibu Kota Kerajaan Sriwijaya yang termasyur di Asia Tenggara. Sriwijaya dikelan sebagai negeri bahari yang memiliki armada kekuatan laut untuk melindungi jalur perdagangan Malaka. Kerajaan ini mempunyai hubungan yang kuat dengan kerajaan Mataram di Jawa yang diperintah oleh Dinasti Syailendra dan Sanjaya. Kerajaan Sriwijaya tumbuh di tengah ramainya jalur perdagangan melintasi Selat Malaka dengan banyaknya pedagang yang singgah di kota-kota pelabuhan untuk membeli rempah-rempah. Tak hanya barang, pada masa berdirinya Kerajaan Sriwijaya terjadi pula pertukaran kebudayaan yang dibawa oleh para pedagang dari China, India, dan Arab yang memengaruhi budaya di Pulau Sumatera hingga saat ini.
Kerajaan Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa pada abad ke 7 di daerah Palembang, Sumatera Selata. Dalam prasasti Kedukan Bukit tercatat bahwa tahun 682 masehi menjadi tahun di mana kerajaan ini resmi didirikan. Nama Sriwijaya diambil dari Bahasa Sansekerta dari kata ‘sri’ yang berarti cahaya dan ‘wijaya’ yang artinya kemenangan. Sebagai negara maritim, berdirinya Kerajaan Sriwijaya kemudian memberikan pengaruh besar di nusantara.
Baca Juga : Historiografi Masyarakat Bahari
Gambar : Ilustrasi Raja Sriwijaya (sumber : www.workamerica.co)
Dalam catatan sejarah China, pada Dinasti Sung, Kerajaan Sriwijaya tercatat sebagai kerajaan maritim yang kuat. Dalam catatan itu, Sriwijaya disebut sudah memiliki 14 kota dagang atau pelabuhan. Adapun Palembang disebut sebagai pelabuhan utama di pusat Kerajaan Sriwijaya serta menjadi pelabuhan paling sibuk dan ramai. Selain itu, ada juga catatan perjalanan pedagang Arab bernama Ibnu Faqih pada 902. Ia menceritakan tentang Sriwijaya yang disebutnya dengan nama Kota Sribuza, dan telah dikunjungi oleh berbagai bangsa. Selanjutnya dijelaskan lagi bahwa di kota dagang Sriwijaya kala itu, terdapat banyak orang yang berkomunikasi dengan berbagai bahasa, seperti Arab, Persia, China, India, dan Yunani. Catatan-catatan sejarah dari bangsa lain itu pun menjadi bukti bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang maju dan besar di Asia Tenggara.
Pada Daerah Aliran Sungai Musi Didapati temuan peninggalan arkeologi sebagai bukti lain yang menunjukkan bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan maritim. Disana juga ditemukan bukti yang menunjukkan eksistensi Sriwijaya sebagai kerajaan maritim. Hal itu diketahui lewat penemuan benda-benda peninggalan, seperti artefak serta fitur dan vegetasi lama yang menjadi komoditi dagang pada masa Sriwijaya. Peninggalan arkeologi yang ditemukan di DAS Musi antara lain adalah tembikar dan manik-manik Arikamedu, manik-manik kaca Indo Pacifik, manik kaca emas dan kornelian yang diduga berasa dari Mesir atau Asia Barat pada abad ke-4 hingga ke-11 Masehi. Selain itu, ada juga temuan berbagai macam bentuk perhiasan emas, liontin perunggu, gelang kaca, serta keramik yang berasal dari Dinasti Sui, China, pada abad ke-6 hingga ke-7 Masehi. Di tepi Sungai Musi juga ditemukan sisa-sisa permukiman dan jejak kota dagang pada masa Kerajaan Sriwijaya. Temuan peninggalan arkeologi di DAS Musi dan tepi Sungai Musi membuktikan bahwa aktivitas perdagangan internasional telah terjadi di Sriwijaya sebagai kerajaan maritim kala itu.
Baca Juga : Sejarah Perahu Mandar
Selain itu juga terdapat beberapa batu tulis atau prasasti yang menjadi bukti yang tak terbantahkan tentang keberadaan sriwijaya yang diantaranya Prasasti Kedukan Bukit, Kota Kapur, Ligor, Nalanda dan Leiden. Yang kesemuanya berisi sejalan satu sama lain bahkan saling menguatkan tentang kerajaan maritim yang besar dan berjaya di Nusantara, bahkan Asia Tenggara.
Dalam berbagai kesempatan, penggagas maritim senantiasa melontarkan gagasan menarik yaitu perlunya diplomasi antar negara dengan dilandasi semangat perdamaian dan persahabatan. Sebuah pemikiran yang dulunya juga pernah diterapkan oleh kerajaan Siwijaya. Dengan negara teangga selalu menjalankan kontak dagang dan saling mengirim para pelajar demi perkembangan ilmu pengetahuan.
Cita-cita penggagas maritim untuk menata negara dan bangsanya, sungguh amat relevan dengan kenyataan historis kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan nasional pertama di Nusantara. Dalam panggung kawasan Asia Tenggara, Kerajaan Sriwijaya tampils sebagai kerajaan yang besar, makmur, terhormat dan bermartabat.
Editor: - Nurul Khairi, Ruang Maritim Indonesia, 2022.