Wisata bahari merupakan salah satu sektor tumpuan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam upaya pemulihan ekonomi yang sedang dilaksanakan. Oleh sebab itu, pembangunan kepariwisataan perlu terus dilanjutkan dan ditingkatkan dengan menggunakan sumber daya dan potensi kepariwisataan untuk menjadikekuatan ekonomi dan ekonomi yang dapat diandalkan dalam menunjang pelaksanaan otonomi daerah. Selain itu, pariwisata menjadi sangat penting karena merupakan salah satu andalan pembangunan bagi pemerintah daerah ke depan, khususnya dalam memacu penerimaan devisa negara dan pendapatan asli daerah yang berasal dari sektor non migas, dengan tidak mengabaikan prinsip pembangunan ekowisata yang berkelanjutan.
Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi, liburan atau keperluan bisnis. Organisasi Pariwisata Dunia mendefenisikan wisatawan sebagai orang yang “melakukan perjalanan ke tempat tempat di luar lingkungan yang biasa mereka tinggali dan tinggal di tempat yang dikunjungi tersebut selama lebih dari dua puluh empat (24) jam dan tidak lebih dari satu tahun berturut-turut, baik untuk liburan, bisnis atau tujuan lain yang tidak terkait dengan pelaksanaan sebuah pekerjaan yang dibayar dari dalam tempat yang dikunjungi”.
Baca Juga : Pandangan Tentang Wawasan Bahari
Kegiatan wisata bahari merupakan kegiatan pariwisata yang banyak dilakukan di area pesisir pantai dan aktivitas di laut sekitar pesisir pantai tersebut. Wisata bahari merupakan kegiatan jasa lingkungan yang bersifat tidak ekstraktif dan dapat dikatakan sebagai sebuah kegiatan ekonomi pengalaman (experience economics). Kegiatan kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai wisata bahari antara lain :
1. Wisata nautikal, seperti berlayar dengan menggunakan berbagai jenis perahu/kapal, seperti kapal feri, kapal pesiar, perahu tradisional.
2. Wisata air dan olahraga, seperti berenang, menyelam, memancing, berselancar, voli pantai.
3. Ekowisata & agriwisata, seperti wisata sungai, wisata hutan mangrove dan wisata budidaya ikan.
4. Wisata heritage & archaeological, seperti menikmati bangunan bersejarah.
5. Wisata kultural dan kuliner, seperti menikmati perahu tradisional, mengikuti kegiatan upacara sekaligus, menikmati makanan khas daerah tertentu.
6. Disaster & Geotourism.
7. Safari dan wisata desa pesisir.
Potensi wisata bahari dapat digali melalui pendekatan pemasaran kawasan. Dalam rangka memenangkan persaingan di era otonomi saat ini, daerah bersaing untuk menarik investor, wisatawan, pedagang, pengembang, dan sumberdaya bermutu. Pariwisata dapat menjadi sumber sektor yang paling potensial yang mendatangkannya. Untuk merumuskan strategi memenangkan persaingan ini, dapat digunakan pendekatan pemasaran kawasan (marketing places).
Pemasaran adalah sebuah konsep bisnis stratejik, bukan sekedar promosi. Artinya, bicara pemasaran identik dengan bicara bisnis. Memasarkan sebuah kawasan wisata berarti membuat sebuah rencana stratejik kawasan wisata tersebut sehuingga kawasan tersebut ditransformasikan menjadi kawasan yang memberi nilai tambah ekonomi secara berkelanjutan bagi masyarakat dikawasan tersebut.
Gambar : Ilustrasi Keindahan Tepi Pantai (sumber : www.unsplash.com)
Praktik pembangunan pariwisata saat ini perlu dievaluasi. Pariwisata memerlukan paradigma baru yaitu pariwisata berbasis msyarakat. Artinya pengembangan kawasan wisata harus memberi manfaat bagi masyarakat disekitarnya dalam jangka panjang, tanpa harus mengorbankan warisan sosial, budaya dan lingkungan dimana mereka hidup. Metodologi marketing places sebagaimana dikembangkan oleh Kertajaya dan Yuswohady (2005) adalah sebagai berikut :
1. Melakukan outlooking (landscaping) dengan memetakan perubahan perubahan eksternal yang terjadi di lingkungan kawasan yang ditinjau. Dalam hal ini, yang ditinjau adalah perubahan perubahan akibat faktor teknologi, sosial budaya, politik dan regulasi, ekonomi, dan perubahan pada pasar wisata baharinya sendiri.
2. Melakukan pemetaan perubahan internal daerah melalui Place Audit atas sumberdaya daerah, kompetensi, dan faktor faktor yang secara kritisakan menentukan kesuksesan bersaing daerah.
3. Melakukan Analisis Pelanggan, yaitu pelanggan yang ada diidentifikasi, dan dikenali karakteristiknya. Pelanggan daerah terdiri dari pelanggan primer, yaitu pedagang (traders), turis (tourist), dan investor, serta pelanggan sekunder yaitu para profeisonal (talents), pengembang (developers), dan Event Organizers.
4. Melakukan Analisis Pesaing dimana pesaing yang dipersepsikan oleh daerah dikenali dan karakteristiknya dikenali. Perlu dilakukan analisis arena persaingan, profil pesaing daerah, CSF persaingan, dan rumusan strategi bersaing.
5. Melakukan Analisis TOWS (Threat, Opportunity, Weaknesses dan Strength) daerah yang ditinjau.
6. Merumuskan Strategi dan taktik Bersaing Kawasan.
Baca Juga : Pentingnya Bahari Bagi Bangsa Indonesia
Kegiatan wisata berbasis alam perlu mempertimbangkan kaidah kaidahalami yang mencakup kapasitas dan daya dukung, baik sosial, lingkungan dan fisik. Berkenaan dengan itu, wisata bahari yang dapat dikembangkan pengelolaannya bersifat ekowisata yang ringan atau soft ecotourism, dimana kegiatan wisata dilakukan masih menitikberatkan pada jumlah kunjungan wisatawan dengan tetap taat asas lingkungan seperti kebersihan lingkungan, aktifitas wisatawan yang tidak merusak, aktivitas wisata yang bersifat edukasi dan standar kebersihan makanan serta pengemasannya.
Mengacu kepada kecenderungan segmentasi pasar wisatawan diatas, secara langsung akan berkaitan dengan masalah pelayanan, baik mencakup fasilitas fisik maupun pelayanan jasa. Kebutuhan pendukung lain dalam pengelolaan wisata bahari, diperlukan untuk membantu pengenalan dan publikasi keberadaannya, selain membantu wisatawan merencanakan liburan juga mengenalkan wisata bahari.
Editor: - Nurul Khairi, Ruang Maritim Indonesia, 2022.