Sir Walter Raleigh mengatakan, “Supremasi atas lautan adalah dasar kekuasaan”. Di tengah menghadapi persaingan di laut dengan Spanyol, Portugal, dan Belanda, ia mengatakan, “Barang siapa menguasai lautan akan menguasai perdagangan, kekayaan dunia, dan akhirnya akan menguasai dunia itu sendiri”. Pembentukan “life line of the British empire” dijiwai oleh semangat Sir Walter Raleigh ini.
Alfred Theyer Mahan (1860-1914), Laksamana Laut AS dan guru besar dalam sejarah maritim dan strategi di Naval War College, New Port, AS menyatakan ada enam persyaratan pokok dalam pembentukan kekuasaan laut :
Baca Juga : Indonesia Dalam Konteks Kemaritiman
Gambar : Salah Satu Buku Karya Alfred Thayer Mahan (sumber : www.goodreads.com)
Laut bagi bangsa Indonesia merupakan sumber kemakmuran dan alat pemersatu negara dan bangsa. Dengan demikian kelangsungan hidup negara dan dan bangsa Indonesia dipengaruhi, tergantung dan ditentukan oleh kesadaran serta kebijakannya terhadap pemanfaatan lautan dalam rangka integrasi tanah, air, dan angkasa di atasnya. Tegasnya, lautan adalah nafas bangsa Indonesia.
Baca Juga : Enhancing RI’s Maritime Safety
Negara Kesatuan Republik Indonesia berkali-kali mengalami rongrongan, baik dalam bentuk pemberontakan dalam negeri maupun intervensi dari luar negeri. Karena itu, menyusun pertahanan nasional yang berintikan kesatuan dan persatuan bangsa yang berlandaskan Pancasila tidak cukup dengan satu konsepsi saja. Diperlukan pula konsepsi yang mampu merealisasikan cita-cita bangsa sesuai dengan watak bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari. Tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa setiap insan Indonesia harus memiliki kecintaan kepada tanah air dan sekaligus kepada laut.
Editor: - Nurul Khairi, Ruang Maritim Indonesia, 2022.