Mandar ialah suatu kesatuan etnis yang berada di Sulawesi Barat. Dulunya, sebelum terjadi pemekaran wilayah, Mandar bersama dengan etnis Bugis, Makassar, dan Toraja mewarnai keberagaman di Sulawesi Selatan. Suku menempati wilayah Sulawesi Barat, serta sebagian Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah. Populasi Suku Mandar dengan jumlah Signifikan juga dapat ditemui di luar Sulawesi seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Malaysia.
Merupakan salah satu suku yang aktif melakukan aktifitas pelayaran sejak dahulu, Orang mandar dikenal sebagai pelaut yang tangguh. Mereka berperan dalam merangkai Indonesia, baik secara geografis maupun kultural, lewat pelayaran dan perdagangan. Laut dan perahu merupakan kesatuan yang tak terpisahkan dalam kehidupan mereka, seperti ungkapan sisara pai mata malotong anna mapute, anna sisara’ sasi lopi, anna to Mandar (nanti terpisah mata hitam dari putihnya barulah laut, perahu, dan orang Mandar berpisah). Ungkapan tersebut banyak dijumpai dalam tradisi lisan Mandar. Hal itu mencerminkan bahwa mereka telah lama terikat dengan laut dan perahu. Mengikuti penjelasan Susanto Zuhdi (2014) tentang “laut sejarah-sejarah laut” dari Hendrik E. Niemeijer, laut dan perahu merupakan sumber kehidupan. Bila dari aspek waktu, kehidupan adalah sejarah, maka sejarah Mandar adalah sejarah laut dan perahu.
Gambar : Illustrasi Pulau Sulawesi (sumber : www.istockphoto.com)
Profesi pelaut bukan hal yang mudah. Faktanya, meskipun banyak penduduk bermukim dekat laut, namun hanya sedikit yang menjadikan laut sebagai sumber kehidupan lewat profesi pelayar-pedagang dan nelayan. Bagi orang Mandar di pesisir, laut memberikan harapan dan tantangan yang tak pernah henti seperti dalam ungkapan kultural tania tau passobal moaq mappelinoi lembong ditia mepadzottong lawuang (bukanlah seorang pelaut jika menanti redanya ombak karena justru ombaklah mengantar kita mencapai tujuan). Sejarah dalam arti kehidupan tidak dapat dihentikan. Begitu pula gerak perahu, setelah layar dikembangkan dan perahu lepas dari pelabuhan, pantang untuk kembali sebelum tiba di tempat tujuan (Lopa 1982:19) filosofi itu mebuat mereka sangat tangguh mengarungi lautan.
Sebagai salah satu suku di nusantara yang kebudayaannya berorientasi ke lautan. suku Mandar unggul sebagai pelaut bukan dari alat-alat yang canggih dan kapal-kapal besar yang kokoh. Keunggulan mereka justru terletak pada dua teknologi perikanan lokal yang mereka kembangkan sendiri. Yang pertama adalah rumpon. Hingga kini, alat yang mulanya dikembangkan oleh masyarakat pesisir teluk Mandar ini lazim digunakan di banyak negara. Yang kedua adalah perahu sandeq. Perahu jenis ini punya ciri khas bercadik tradisional dan dikenal sangat cepat. Meski memiliki keunggulan di laut, masyarakat suku Mandar bisa dibilang sangat bersahaja. Mereka tidak membuat keunggulan itu sebagai alat untuk mendominasi suku lain melainkan hanya memanfaatkannya untuk mengatasi tantangan alam.
Editor: - Nurul Khairi, Ruang Maritim Indonesia, 2022.