Mangrove memiliki manfaat dan peranan yang beraneka ragam, baik dari aspek fisik, ekologis, dan sosial ekonomi. Berikut ini manfaat dan peranan mangrove ditinjau dari aspek fisiknya.
Secara fisik, mangrove memiliki peran yang sangat banyak. Mangrove berperan penting dalam melindungi pantai dan gelombang, angin, dan badai. Tegakan mangrove dapat melindungi pemukiman, bangunan, dan pertaniandari angin kencang atau intrusi air laut. Mangrove juga berperan penting dalam melindungi pesisir dari gempuran badai. Di samping itu, mangrove juga berperan dalam menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai, mencegah terjadinya erosi laut, sebagai perangkat zat zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan, dan mengolah limbah organik.
Baca Juga : Sekilas Tentang Mangrove
Berikut ini pembahasan singkat tentang manfaat dan peranan mangrove secara fisik.
1. Mangrove dan Sedimentasi
Hutan mangrove mampu mengikat sedimen yang terlarut dari sungai sehingga memperkecil erosi atau abrasi pantai. Pantai Marunda, Jakarta yang tidak memiliki mangrove selama dua bulan mengalami erosi mencapai 2 m, sementara pantai yang memiliki mangrove hanya mengalami erosi 1 m (Anwar & Gunawan 2006). Dalam kaitannya dengan kecepatan pengendapan tanah di mangrov, Anwar (1998) dalam Anwar & Gunawan (2006) dengan mengambil lokasi penelitian di Suwung Bali dan Gili Sulat Lombok, menginformasikan bahwa laju akumulasi tanah adalah 20,6 kg/m2/th atau setara dengan 14,7 mm/th (didominasi oleh Sonneratia alba); 9,0 kg/m2/th atau 6,4mm/th (didominasi Rhizophora apiculata); 6,0kg/m2/th atau 4,3 mm/th (bekas tambak); dan 8,5 kg/m2/th atau 6,0 mm/th (mangrove campuran). Rata-rata akumulasi tanah pada mangrove Suwung 12,6 kg/m2/th atau 9 mm/th, sedangkan mangrove Gili Sulat 8,5 kg/m2/th atau 6,0 mm/th. Data lain menunjukkan adanya kecenderungan terjadinya pengendapan tanah setebal antara 6-16 mm/ha/th atas kehadiran mangrove.
2. Mangrove dan Tsunami
Secara fisik, vegetasi mangrove juga berperan dalam melindungi wilayah daratan dari abrasi dan tsunami. Berdasarkan penelitian mengenai akibat gelombang tsunami 26 Desember 2004, menunjukkan bahwa wilayah pesisir Aceh dan Nias yang mengalami kerusakan berat adalah pada wilayah pesisir yang tidak ada penyangga mangrove ataupun hutan pantai lainnya. Pulau banyak (di Kabupaten Singkil) dan Kota Singkil, terlindungi dari tsunami pada tanggal 26 Desember 2004, karena adanya mangrove dan cemara laut yang cukup tebal, hingga mencapai lebar 500 m (Kurniasih, 2007).
Dusun Tongke-Tongke dan Pangasa, Sinjai, Sulawesi Selatan yang memiliki barisan mangrove yang tebal terlindung dari gelombang pasang (tsunami) di Pulau Flores pada akhir tahun 1993. Dusun yang berbatasan yang tidak memiliki mangrove yang cukup tebal mengalami kerusakan yang cukup parah. Di Bangladesh, pada bulan Juni 1985 sebanyak 40.000 penduduk yang tinggal di pesisir terkena badai. Pemerintah Bangladesh melakukan penanaman mangrove seluas 25.000 hektar setelah mengetahui manfaat mangrove dalam menahan gempuran badai (Maltby 1986 dalam Giesen et al. 2006).
Gambar : Mangrove Berperan Menekan Laju Intrusi (sumber : www.pexels.com )
Berkurangnya kerusakan ketika ada tsunami tidak terlepas dari kemampuan ekosistem mangrove dalam meredam gelombang dan angin kencang. Mangrove mampu meredam energi arus gelombang laut. Pratikto et al. (2002) dalam Anwar & Gunawan (2006) melaporkan bahwa mangrove di Teluk Grajagan-Banyuwangi mampu mereduksi energi gelombang sampai 60%, sehingga keberadaan mangrove dapat memperkecil gelombang tsunami yang menyerang daerah pantai. Mangrove (Rhizophora) dapat memantulkan, meneruskan, dan menyerap energi gelombang tsunami yang ditandai dengan perubahan tinggi gelombang tsunami pada saat melewati mangrove tersebut. Dalam hal ini, perakaran vegetasi mangrove berperan penting dalam meredam energi gelombang yaitu dengan cara menurunkan tinggi gelombang ketika melewatinya. Hal tersebut dapat digunakan sebagai pertimbangan awal dalam perencanaan penanaman mangrove bagi peredaman penjalaran gelombang tsunami di pantai.
3. Mangrove dan Penyerapan Limbah
Vegetasi mangrove juga dapat menyerap dan mengurangi pencemaran (polutan). Jaringan anatomi tumbuhan mangrove mampu menyerap bahan polutan. Hasil penelitian Purwiyanto (2013) menunjukkan bahwa akar mangrove mengakumulasi Cu lebih banyak dibanding organ lainnya. Rata-rata kandungan logam Cu pada akar dan daun Avicennia adalah 0,0035 ppm dan 0,0013 ppm; sedangkan pada akar dan daun Rhizopora adalah 0,0025 ppm dan 0,0007 ppm.
Baca Juga : Air Limbah Dan Dampaknya
4. Mangrove dan Intrusi Air Laut
Mangrove juga mampu menekan laju intrusi air laut ke arah daratan. Hasil penelitian Sukresno & Anwar (1999) dalam Anwar & Gunawan (2006) terhadap air sumur pada berbagai jarak dari pantai menggambarkan bahwa kondisi air pada jarak 1 km untuk wilayah Pemalang dan Jepara dengan kondisi mangrovenya yang relatif masih baik, masih tergolong baik. Sementara pada wilayah Semarang dan Pekalongan, Jawa Tengah sudah mengalami intrusi pada jarak 1 km.
5. Mangrove dan Kesehatan
Rusminarto et al. (1984) dalam Anwar & Gunawan (2006) dalam pengamatannya di areal hutan mangrove di Tanjung Karawang menemukan 9 jenis nyamuk yang berada di areal tersebut. Dilaporkan bahwa nyamuk Anopheles sp., nyamuk jenis vektor penyakit malaria, ternyata makin meningkat populasinya seiring dengan makin terbukanya penambakan dalam areal mangrove. Ini mengindikasikan kemungkinan meningkatnya penularan malaria dengan makin terbukanya areal-areal penambakan perikanan. Kajian lain yang berkaitan dengan polutan, dilaporkan oleh Gunawan & Anwar (2008) yang menemukan bahwa tambak tanpa mangrove mengandung bahan pencemar berbahaya merkuri (Hg) 16 kali lebih tinggi daripada perairan yang memiliki mangrove alami dan 14 kali lebih tinggi dari tambak yang masih memiliki mangrove (silvofishery).
Editor: - Nurul Khairi, Ruang Maritim Indonesia, 2022.